Ekonomi

Rupiah Terpuruk ke Rp16.611 per Dolar AS, Tertinggi Sejak 1998

Rupiah Terpuruk Ke Rp16.611 Per Dolar AS Tertinggi Sejak 1998
Nilai tukar rupiah melemah ke Rp16.611 per dolar AS, level terendah sejak 1998. Permintaan dolar diprediksi meningkat pada April 2025.

JAKARTA, bursanusantara.com – Nilai tukar rupiah menjadi perhatian utama setelah ditutup pada level Rp16.611 per dolar AS pada perdagangan Selasa (26/3/2025). Posisi ini merupakan yang terendah sejak krisis moneter 1998, menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku pasar.

Permintaan Dolar AS Diperkirakan Meningkat

Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, memperkirakan bahwa permintaan dolar AS akan kembali meningkat pada April 2025. Faktor musiman seperti pembayaran dividen kepada investor asing menjadi salah satu penyebab utama peningkatan ini.

Sponsor
Sponsor

“Investor luar negeri menerima dividen dari investasi mereka di Indonesia, dan biasanya pembagian dividen oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berlangsung dari April hingga Juni,” ujar Myrdal kepada B Universe, Rabu (16/3/2025).

Selain itu, permintaan dolar juga cenderung lebih tinggi pada pekan keempat setiap bulan akibat kebutuhan pembayaran bunga utang dan biaya impor oleh perusahaan. Fenomena ini bersifat rutin dan berkontribusi terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah.

Dukungan dari Surplus Neraca Perdagangan

Di tengah tekanan terhadap rupiah, Myrdal tetap optimistis bahwa nilai tukar mata uang Indonesia dapat bertahan dengan dukungan fundamental ekonomi yang kuat. Salah satu indikator positif adalah neraca perdagangan yang terus mencatat surplus.

Pada Februari 2025, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$3,12 miliar. Nilai impor tercatat sebesar US$18,86 miliar, sementara ekspor mencapai US$21,98 miliar. Data ini menunjukkan daya saing ekspor Indonesia yang tetap kuat meskipun nilai tukar rupiah mengalami tekanan.

“Dari sisi kualitas perdagangan, tidak ada masalah yang signifikan. Selain itu, foreign bank investment seharusnya mampu menarik aliran dana masuk, terutama di sektor hilirisasi, industri manufaktur makanan dan minuman, serta sektor yang terkait dengan program Astacita pemerintah,” jelas Myrdal.

Aliran Dana Asing dan Prospek Rupiah

Myrdal menambahkan bahwa investasi global masih mengalir ke Indonesia, terutama dalam bentuk investasi langsung pada sektor-sektor strategis. Hal ini memberikan potensi bagi rupiah untuk kembali stabil dalam jangka panjang.

“Tampaknya ada peningkatan investasi dari investor global, sehingga dari sisi foreign bank investment juga ada potensi masuknya dana dalam bentuk dolar,” ungkapnya.

Meskipun nilai tukar rupiah saat ini berada dalam tekanan, investor diharapkan tetap mencermati perkembangan makroekonomi dan kebijakan moneter yang akan diambil pemerintah serta Bank Indonesia guna menjaga stabilitas mata uang nasional.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Exit mobile version