Nasional

Program MBG Dongkrak Ekonomi Desa Hingga Rp6 Miliar

Program MBG Dongkrak Ekonomi Desa Hingga Rp6 Miliar
Perputaran uang di desa meningkat tajam lewat program Makan Bergizi Gratis (MBG), namun pengawasan diperketat usai insiden keracunan siswa.

JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Program unggulan pemerintah berupa Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan secara signifikan.

Dalam kurun waktu satu tahun pelaksanaan, perputaran uang di desa meningkat tajam hingga mencapai Rp6 miliar per desa, naik drastis dari rata-rata Rp1 miliar sebelumnya.

Sponsor
Sponsor

Presiden menyampaikan, peningkatan tajam itu terjadi karena program MBG melibatkan seluruh potensi lokal. Melalui Badan Gizi Nasional (BGN), pemerintah membeli langsung bahan pangan dari petani dan peternak lokal untuk memenuhi kebutuhan menu harian program tersebut.

Komoditas seperti telur, ayam, ikan, tomat, dan sayuran lainnya diserap rutin oleh dapur-dapur desa, yang disebut Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

MBG sebagai Instrumen Redistribusi Ekonomi

Dalam peluncuran Gerakan Indonesia Menanam (Gerina) di Banyuasin, Sumatra Selatan, Prabowo menegaskan bahwa program MBG merupakan bentuk redistribusi ekonomi yang produktif.

Uang negara tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga menjadi mesin pertumbuhan baru bagi ekonomi desa.

“Uang yang dulu hanya beredar Rp1 miliar, sekarang bisa mencapai Rp6 miliar per tahun. Bahkan ada yang mencapai Rp8 miliar. Ini hidupkan ekonomi desa,” kata Prabowo, Rabu (23/4/2025).

Target pemerintah adalah menjangkau 82,9 juta anak dan ibu hamil pada tahun pertama pelaksanaan program, menjadikan MBG salah satu program gizi nasional terbesar di dunia. Keunikan MBG juga terlihat dari cakupan manfaatnya yang menyertakan ibu hamil—sebuah pendekatan yang jarang diadopsi oleh negara lain.

Tantangan: Insiden Keracunan dan Evaluasi Sistem

Meski berdampak positif secara ekonomi, MBG menghadapi tantangan serius dalam implementasinya. Insiden keracunan makanan yang menimpa siswa MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur, Jawa Barat, memaksa pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengawasan MBG.

Kepala Badan Gizi Nasional, Dadan Hindayana, langsung mengunjungi para siswa yang dirawat dan menyatakan keprihatinannya atas kejadian tersebut. Ia berjanji akan memperketat sistem pengawasan, mulai dari pengolahan makanan, penyimpanan bahan, hingga distribusi.

“Ini bukan hanya penanganan kasus, tetapi momen untuk membangun sistem pangan sekolah yang lebih aman dan berkelanjutan,” ujar Dadan di Jakarta.

BGN juga tengah menunggu hasil laboratorium dari sampel makanan yang dikirim ke Labkesda Jawa Barat. Hasil tersebut dijadwalkan keluar dalam 7–10 hari ke depan. Dadan menambahkan, evaluasi akan dilakukan menyeluruh meski dapur penyedia telah memenuhi standar.

Penanganan Cepat dan Kolaboratif

Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur memastikan seluruh siswa yang sempat dirawat akibat keracunan telah diperbolehkan pulang. Total korban sebanyak 79 siswa, yang terdiri dari 60 siswa MAN I dan 19 siswa SMP PGRI I, kini berada dalam pengawasan petugas puskesmas.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Frida Laila Yahya, mengatakan pihaknya telah memberikan data ke seluruh puskesmas terkait siswa terdampak untuk memantau kondisi pascapemulihan.

“Kami terus pantau perkembangan siswa hingga pulih sepenuhnya dan siap kembali beraktivitas,” ucap Frida.

Sementara Kepala Sekolah MAN I Cianjur, Erma Sopiah, menegaskan bahwa pihak sekolah memberikan dispensasi kepada siswa terdampak untuk beristirahat penuh. Proses belajar tetap berjalan normal bagi siswa lainnya.

Program Gizi sebagai Investasi Jangka Panjang

BGN menekankan bahwa MBG bukan sekadar bantuan makanan, melainkan investasi untuk membentuk generasi unggul. Gizi yang optimal di usia sekolah terbukti meningkatkan kecerdasan, daya pikir, dan kesehatan jangka panjang.

Program ini dinilai sebagai terobosan dalam kebijakan fiskal berbasis gizi dan sosial. Dengan melibatkan seluruh ekosistem desa, mulai dari petani, UMKM, hingga tenaga pengolah makanan, MBG menjanjikan dampak multipel bagi pembangunan ekonomi nasional.

“Anak-anak adalah masa depan bangsa, dan kesehatan mereka adalah prioritas. MBG akan terus kita perbaiki agar menjadi kebijakan yang tidak hanya menyelamatkan masa depan, tapi juga menggerakkan ekonomi dari bawah,” tutup Dadan Hindayana.

Pemerintah memastikan, insiden yang terjadi di Cianjur tidak menghambat jalannya program, tetapi menjadi fondasi penguatan sistem distribusi pangan nasional yang aman, sehat, dan berkelanjutan.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Exit mobile version