EropaInternasional

Iran dan Rusia Teken Kontrak Energi US$4 Miliar Lawan Sanksi Barat

Iran dan Rusia Teken Kontrak Energi US$4 Miliar Lawan Sanksi Barat
Iran dan Rusia perkuat aliansi strategis dengan kontrak energi US$4 miliar, fokus pada pengembangan ladang minyak dan distribusi gas.

TEHERAN, NusantaraOfficial.com – Iran memperkuat aliansi strategisnya dengan Rusia melalui penandatanganan perjanjian energi senilai US$4 miliar, menandai babak baru dalam upaya kedua negara menghadapi tekanan ekonomi dari Barat.

Menteri Perminyakan Iran, Mohsen Paknejad, mengumumkan kesepakatan besar ini dalam siaran televisi nasional pada Jumat (26/4).

Sponsor
Sponsor

Perjanjian ini mencakup proyek pengembangan tujuh ladang minyak utama di Iran yang akan dikelola perusahaan-perusahaan energi Rusia.

Baca Juga: Trump Mulai Pembicaraan Langsung soal Nuklir Iran

Kolaborasi Energi Sebagai Taktik Lawan Tekanan Eksternal

Paknejad menegaskan, kerja sama ini menjadi langkah konkret untuk memperkuat sektor energi nasional.
“Ini adalah respons tegas terhadap tekanan eksternal yang semakin kuat,” ujarnya dalam pernyataan resminya.

Langkah tersebut dinilai strategis karena diumumkan berbarengan dengan lonjakan nilai perdagangan antara Iran dan Rusia, yang meningkat 16,2% menjadi US$4,8 miliar sepanjang 2024.

Rusia Sebut Iran Mitra Andal

Menteri Energi Rusia, Sergei Tsivilev, yang juga memimpin Komisi Ekonomi Gabungan Rusia-Iran, menekankan pentingnya hubungan bilateral ini.

Baca Juga: AS Terus Serang Houthi, Ketegangan di Laut Merah Memanas

“Iran adalah mitra yang dapat diandalkan,” ujar Tsivilev dalam pertemuan resmi di Teheran.

Ia menambahkan, tahun 2025 akan menjadi tonggak baru hubungan kedua negara, terutama setelah ditandatanganinya perjanjian kemitraan strategis pada Januari lalu.

Dalam pertemuan Komisi Ekonomi tersebut, Tsivilev dan Paknejad juga menyepakati sejumlah dokumen tambahan, termasuk nota kesepahaman di bidang penelitian sel dan terapi gen.

Rencana Besar Distribusi Gas Regional

Selain sektor minyak, Rusia juga berencana memasok hingga 1,8 miliar meter kubik gas alam ke Iran tahun ini.

Baca Juga: Trump Ingin Jadi Sahabat Rusia-China, Cegah Aliansi Kuat

Proyek besar ini digagas dengan melibatkan Gazprom sebagai operator utama, meski rincian teknis dan harga jualnya masih dalam tahap negosiasi.

Paknejad menambahkan, Iran dan Rusia kini aktif membahas pembentukan pusat distribusi gas regional di Iran.

Proyek ambisius ini berpotensi melibatkan negara lain seperti Qatar dan Turkmenistan dalam jaringan pasokan energi regional.

Baca Juga: Trump Terapkan Tarif Impor Baru, Perdagangan Global Bergejolak

Sejarah Panjang Kerja Sama Energi

Kolaborasi Iran-Rusia di sektor energi bukanlah hal baru. Rusia sebelumnya berperan besar dalam pembangunan Reaktor Nuklir Bushehr, reaktor tenaga nuklir pertama di Iran, yang kini menjadi simbol kemandirian energi nasional.

Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyatakan Moskow bersedia meningkatkan suplai gas ke Iran hingga mencapai 55 miliar meter kubik per tahun, volume yang setara dengan kapasitas Nord Stream 1 yang kini nonaktif.

Dimensi Politik dalam Perjanjian Energi

Kesepakatan energi ini menambah daftar panjang kolaborasi strategis antara Iran dan Rusia di berbagai sektor, termasuk militer, keuangan, dan pertanian, sejak invasi Rusia ke Ukraina.

Kedua negara semakin erat dalam menghadapi isolasi internasional yang dipimpin oleh negara-negara Barat.

Perjanjian ini dipandang sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional masing-masing.

Diplomasi Nuklir dan Tekanan Minyak Global

Di tengah penguatan hubungan ini, Iran juga disebut sedang membuka jalur negosiasi baru dengan Amerika Serikat di Oman.

Langkah ini terjadi setelah Iran berkonsultasi intensif dengan Rusia dan China, mempertegas pentingnya aliansi strategis di tengah ketegangan global.

Pada hari sebelumnya, Menteri Paknejad bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, sosok berpengaruh dalam kebijakan energi global.

Pertemuan ini berlangsung di tengah dinamika internal OPEC+, yang sedang mempertimbangkan usulan peningkatan produksi minyak global pada Juni mendatang.

Peningkatan produksi ini merupakan respons terhadap tekanan dari Presiden AS Donald Trump, yang mendesak penurunan harga minyak dunia.

Langkah Trump juga dianggap sebagai bagian dari upaya memperketat sanksi terhadap Iran dan menekan ekspor minyak Teheran ke titik nol.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Exit mobile version