HeadlineInternasional

China Tegaskan Komitmen Iklim, AS Absen dari Forum

China Tegaskan Komitmen Iklim, AS Absen dari Forum
Presiden Xi Jinping tegaskan komitmen iklim China dalam forum virtual global, di tengah absennya AS dan memanasnya isu geopolitik dunia.

JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Dunia internasional kembali menggelar pertemuan tingkat tinggi untuk menegaskan komitmen terhadap aksi iklim, di tengah tantangan geopolitik dan ketegangan dagang global yang kian kompleks.

Dalam forum virtual berdurasi dua jam pada Rabu (23/4/2025), sejumlah kepala negara dan pemerintahan termasuk Presiden China Xi Jinping dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyuarakan pentingnya menjaga semangat kolektif global untuk mengatasi krisis iklim.

Sponsor
Sponsor

Forum Global Tanpa Kehadiran Amerika Serikat

Pertemuan yang diinisiasi oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres dan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva tersebut digelar tanpa kehadiran perwakilan dari Amerika Serikat.

Ketidakhadiran ini menjadi sorotan mengingat AS merupakan negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar sepanjang sejarah dan pernah menjadi motor penggerak utama dalam Perjanjian Paris 2015.

Namun, sejak Presiden Donald Trump kembali menjabat, arah kebijakan iklim Negeri Paman Sam berubah drastis. AS menarik diri dari perjanjian iklim global dan mulai memberlakukan kebijakan perdagangan yang proteksionis, termasuk pengenaan tarif impor yang turut memengaruhi kestabilan pasar global dalam beberapa pekan terakhir.

Xi Jinping: China Tak Akan Mundur

Dalam pernyataannya yang disampaikan melalui saluran resmi pemerintah CCTV, Presiden China Xi Jinping menegaskan bahwa China tetap berkomitmen penuh pada upaya memerangi perubahan iklim.

Ia menyampaikan bahwa dinamika internasional yang berubah tidak akan menggoyahkan langkah negaranya dalam memperkuat kerja sama global dan membangun masa depan bersama bagi umat manusia.

“China tidak akan melambat dalam upayanya menghadapi perubahan iklim. Komitmen kami terhadap kerja sama internasional akan terus berlanjut,” kata Xi, menekankan pentingnya multilateralisme di tengah meningkatnya tren unilateralisme yang diterapkan oleh negara tertentu.

Xi juga mengkritik praktik proteksionisme dan kebijakan sepihak yang menurutnya telah merusak tatanan dan aturan global yang selama ini dijunjung tinggi.

Momentum Global yang Terancam Redup

Forum ini diselenggarakan dalam konteks meningkatnya tekanan global, mulai dari perang dagang, konflik geopolitik di Ukraina dan Gaza, hingga stagnasi dalam investasi teknologi hijau. Seluruh faktor ini telah mengganggu konsentrasi kolektif dunia dalam mengejar target iklim yang ambisius.

Data terbaru menunjukkan bahwa dunia telah melampaui ambang pemanasan 1,5°C secara tahunan untuk pertama kalinya tahun lalu.

Jika seluruh negara tetap menjalankan kebijakan emisi saat ini, suhu global diprediksi meningkat hingga 2,6°C pada akhir abad. Angka ini jauh dari target Paris Agreement yang bertujuan menahan laju pemanasan global di bawah 2°C, dengan ambisi utama 1,5°C.

Diplomasi Iklim Tanpa Arah Jelas

Ketiadaan kepemimpinan AS dalam forum ini dinilai memperlemah posisi diplomasi iklim global. Padahal, kerja sama multilateral menjadi kunci dalam mendesain dan mendanai transisi energi bersih secara inklusif.

Sebaliknya, China terus mengambil posisi strategis dengan menampilkan dirinya sebagai pihak yang konsisten dan proaktif dalam agenda iklim.

Meski banyak negara menunjukkan komitmen serupa, realisasi konkret di lapangan masih belum memadai. Laporan berbagai lembaga independen menunjukkan investasi dalam energi hijau masih tertinggal dibandingkan kebutuhan aktual.

Adopsi teknologi bersih, peningkatan efisiensi energi, serta transisi dari bahan bakar fosil memerlukan dukungan politik dan ekonomi yang jauh lebih besar dari saat ini.

Di tengah ketidakhadiran AS, momentum dari negara-negara lain seperti Uni Eropa, China, dan Brasil diharapkan mampu menjaga stabilitas agenda iklim global yang tengah berada di persimpangan jalan.

Dunia kini menunggu apakah komitmen yang disampaikan dalam forum ini dapat diterjemahkan ke dalam kebijakan yang lebih tegas dan terukur di tingkat nasional maupun internasional.

Exit mobile version