HeadlineInternasional

China, Korsel, dan Taiwan Bereaksi Keras atas Tarif Baru AS

China, Korsel, dan Taiwan Bereaksi Keras atas Tarif Baru AS
China ancam balasan tegas, Korsel tempsuh negosiasi, dan Taiwan kecewa atas kebijakan tarif impor baru AS yang diumumkan Presiden Donald Trump.

BEIJING, NusantaraOfficial.com – Kebijakan tarif impor terbaru yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memicu reaksi keras dari beberapa negara mitra dagang utama AS. China menegaskan akan melakukan tindakan balasan yang tegas, Korea Selatan memilih jalur negosiasi untuk meredam dampak ekonomi, sementara Taiwan menyatakan kekecewaan mendalam atas keputusan tersebut.

China Bersiap Ambil Langkah Balasan

Pemerintah China dengan tegas menolak kebijakan tarif tambahan AS dan berjanji akan merespons dengan tindakan balasan yang setimpal. Melalui pernyataan resmi Kementerian Perdagangan China pada Kamis (3/4/2025), Beijing menegaskan bahwa tarif sepihak yang diberlakukan oleh AS akan semakin merugikan ekonomi global.

Sponsor
Sponsor

“Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan tarif tidak dapat menyelesaikan masalah internal Amerika Serikat. Kebijakan ini justru merugikan kepentingan AS sendiri, membahayakan perkembangan ekonomi global, serta mengganggu stabilitas rantai pasokan dan industri,” ujar Kementerian Perdagangan China dalam siaran persnya.

Baca Juga: Trump Terapkan Tarif Impor Baru, Perdagangan Global Bergejolak

China kini menghadapi tarif tambahan sebesar 34%, di luar bea masuk 20% yang telah diberlakukan sejak awal periode kedua kepemimpinan Trump. Pemerintah China mendesak AS untuk segera membatalkan kebijakan tersebut dan mencari solusi melalui dialog yang lebih adil dan setara.

Korea Selatan Pilih Jalur Negosiasi

Berbeda dengan China yang bersikap keras, Korea Selatan memilih pendekatan diplomasi untuk menghindari dampak besar terhadap perekonomiannya. Pelaksana Tugas Presiden Korea Selatan, Han Duck Soo, dalam pertemuan darurat yang membahas tarif AS, menekankan bahwa pemerintah harus melakukan segala upaya untuk melindungi industri dalam negeri.

Baca Juga: Trump Ingin Jadi Sahabat Rusia-China, Cegah Aliansi Kuat

“Pemerintah harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menghadapi krisis perdagangan ini. Kami akan melakukan negosiasi intensif agar dampak tarif terhadap perekonomian Korea Selatan dapat diminimalkan,” tegas Han Duck Soo.

Pemerintah Korea Selatan juga tengah merancang kebijakan darurat guna mendukung perusahaan yang terdampak. Produk-produk asal Korsel kini dikenakan tarif tambahan sebesar 25%, yang diprediksi akan mengganggu ekspor otomotif dan teknologi mereka ke pasar AS.

Taiwan Kecewa dan Pertanyakan Metode AS

Taiwan menyatakan kekecewaan mendalam atas keputusan AS yang menetapkan tarif tambahan sebesar 32% terhadap produk asal Taiwan. Pemerintah Taiwan menilai kebijakan ini tidak masuk akal dan mempertanyakan metode yang digunakan AS dalam menetapkan besaran tarif.

Baca Juga: Bank di China Naikkan Suku Bunga Pinjaman, Risiko Kredit Macet Meningkat

“Taiwan telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian AS, terutama dengan meningkatnya permintaan terhadap semikonduktor dan produk kecerdasan buatan (AI) dari Taiwan,” ujar pernyataan resmi Dewan Eksekutif Taiwan.

Taiwan menekankan bahwa hubungan perdagangan dengan AS selama ini bersifat saling melengkapi, bukan saling bersaing. Pengenaan tarif tinggi justru dapat merugikan industri teknologi AS sendiri, mengingat banyak perusahaan Amerika bergantung pada rantai pasokan semikonduktor asal Taiwan.

Perang Dagang Memanas, Ketidakpastian Global Meningkat

Pemberlakuan tarif baru ini semakin memperpanjang ketegangan perdagangan global yang telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir. Kebijakan proteksionisme yang diterapkan Trump dinilai dapat memicu aksi balasan dari negara-negara yang terdampak, memperburuk kondisi ekonomi global, serta mengganggu stabilitas pasar keuangan.

Dengan ketegangan yang meningkat, langkah yang akan diambil oleh China, Korea Selatan, dan Taiwan dalam beberapa pekan mendatang akan menjadi penentu arah kebijakan perdagangan internasional ke depan.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru

Exit mobile version