JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Bank Dunia menyampaikan peringatan keras terkait dampak kebijakan tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) terhadap stabilitas ekonomi global, khususnya negara berkembang.
Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill, mengungkapkan bahwa peningkatan ketidakpastian akibat tarif AS berpotensi mempercepat laju utang serta memperdalam perlambatan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.
Ia menyoroti bahwa kondisi gagal bayar kini dialami oleh sekitar 75 dari 150 negara berkembang, jumlah ini dua kali lipat lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: OECD Peringatkan Krisis Utang, Bagaimana Posisi Indonesia?
Ancaman Gagal Bayar dan Perlambatan Perdagangan
Gill menjelaskan bahwa jika pertumbuhan ekonomi global terus melemah dan suku bunga tetap tinggi, negara-negara yang bergantung pada ekspor komoditas akan semakin rentan terhadap kesulitan keuangan. Situasi ini berisiko memperluas krisis utang yang tengah berkembang di berbagai belahan dunia.
Menurut data yang dipaparkan, rasio pembayaran bunga utang bersih terhadap produk domestik bruto (PDB) di negara berkembang kini mencapai 12%.
Angka ini melonjak drastis dari posisi 7% pada tahun 2014, dan telah kembali ke tingkat krisis yang pernah terjadi pada dekade 1990-an.
Baca Juga: IHSG Melemah, Investor Asing Fokus Koleksi Saham Ini
Beban Utang Menggerus Anggaran Sosial
Di negara-negara berpendapatan rendah, beban pembayaran utang bahkan telah mencapai 20% dari PDB. Hal ini menggambarkan dua kali lipat kenaikan dibandingkan satu dekade lalu, saat angkanya masih berada di kisaran 10%.
Tekanan pembayaran utang yang berat ini mendorong negara-negara berkembang untuk mengurangi anggaran di sektor vital seperti pendidikan, kesehatan, dan berbagai program pembangunan lainnya yang seharusnya menjadi prioritas utama dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang.
Upaya Negosiasi Tarif dengan Amerika Serikat
Melihat situasi yang memburuk ini, Gill mendorong negara-negara berkembang untuk segera mengambil langkah strategis.
Baca Juga: Utang Luar Negeri Turun, Rasio Terjaga, RI Tetap Waspada
Ia menekankan perlunya melakukan negosiasi dengan pemerintah AS guna menurunkan tarif perdagangan, sekaligus memperluas penerapan tarif rendah ke negara-negara lain.
Gill meyakini, di tengah tekanan ekonomi global yang kian intens, peluang untuk menurunkan hambatan tarif dapat lebih besar, lantaran resistensi domestik di AS terhadap kebijakan perdagangan berpotensi melunak.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru