WASHINGTON, NusantaraOfficial.com – Dalam eskalasi terbaru tensi perdagangan global, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menaikkan tarif impor dari Tiongkok hingga 245 persen.
Langkah ekstrem ini menandai babak baru dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia, menyusul kebijakan balasan dari pemerintah Tiongkok yang lebih dulu menaikkan tarif produk asal AS dari 84 persen menjadi 125 persen.
Kebijakan Balasan Trump: Tarif Super Maksimal
Perintah eksekutif yang diteken Trump pada 15 April ini mencakup kenaikan signifikan untuk sejumlah komoditas strategis.
Baca Juga: Xi Jinping Desak CEO Global Lindungi Rantai Pasokan Dunia
Tiongkok akan dikenakan tarif maksimal hingga 245% terhadap produk-produk tertentu, yang dianggap sebagai bentuk ketidakseimbangan dalam hubungan perdagangan bilateral.
Selain itu, tarif atas aluminium dipulihkan ke tingkat 25%, setelah sebelumnya sempat diturunkan atau diberikan pengecualian.
Langkah serupa juga berlaku untuk tarif baja, yang kini kembali dipatok di level 25%, dengan alasan proteksi industri dalam negeri dari praktik perdagangan tidak adil.
Baca Juga: Gempar: BYD Percepat Pengisian EV dengan Teknologi 1.000 kW
Penyelidikan Nasional dan Arah Kebijakan Baru
Dalam pidatonya, Trump juga mengumumkan dimulainya penyelidikan nasional terhadap risiko keamanan akibat ketergantungan tinggi AS terhadap impor mineral penting dan produk olahan seperti tembaga, baja, kayu, serta turunannya.
Kebijakan ini menjadi bagian dari “America First Trade Policy”—sebuah visi proteksionis yang telah menjadi fondasi utama pemerintahan Trump sejak hari pertama menjabat.
Gedung Putih menegaskan bahwa prioritas utama adalah menjaga kemandirian ekonomi Amerika dalam sektor-sektor strategis.
Tanggapan Tiongkok: Tenang tapi Tegas
Sementara itu, pihak Beijing melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, menanggapi singkat.
Baca Juga: UE Balas Tarif Trump, Produk AS Kena Bea Impor 25%
“Silakan tanyakan kepada pihak AS mengenai angka tarif spesifik tersebut,” ujar Lin Jian seperti dikutip dari Global Times.
Meskipun pernyataan tersebut terdengar netral, namun dinilai sebagai sinyal bahwa Tiongkok tetap konsisten memilih jalur diplomatik dan strategis dalam merespons tekanan dari Washington.
Dampak Global dan Fokus pada Teknologi
Di luar tarif dagang, Trump juga meluncurkan inisiatif “Fair and Reciprocal Plan”, yang menargetkan negara-negara dengan perjanjian perdagangan non-resiprokal dengan AS.
Baca Juga: Trump Terapkan Tarif Impor Baru, Perdagangan Global Bergejolak
Sebanyak 75 negara disebut telah menghubungi otoritas perdagangan AS untuk menegosiasikan kesepakatan baru, meski tarif terhadap Tiongkok tetap diberlakukan penuh tanpa pengecualian.
Trump juga menyoroti isu pajak layanan digital (DST) yang diterapkan oleh beberapa negara terhadap raksasa teknologi Amerika seperti Google dan Apple.
Ia menyatakan, tarif balasan untuk pajak tersebut tengah dipertimbangkan sebagai bagian dari langkah perlindungan sektor inovasi domestik.
Dengan kebijakan ini, AS memperkuat posisi tawar dagangnya, namun sekaligus menciptakan tekanan baru terhadap kestabilan ekonomi global.
Baca Juga: Elon Musk Usul Zona Bebas Tarif AS-Uni Eropa
Langkah Trump ini dinilai oleh sejumlah analis sebagai bentuk manuver politik menjelang tahun pemilu, sekaligus konsolidasi dukungan dari kalangan industri manufaktur dalam negeri.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru