BEIRUT, NusantaraOfficial.com – Ketegangan antara Israel dan Lebanon kembali meningkat setelah Israel melancarkan serangan udara dan artileri ke wilayah selatan Lebanon pada Sabtu (22/3). Serangan ini dilakukan sebagai respons atas peluncuran roket dari Lebanon ke wilayah Israel, memperburuk situasi keamanan di perbatasan kedua negara.
Serangan Roket dari Lebanon Picu Respons Israel
Israel melaporkan bahwa sistem pertahanan udara mereka berhasil mencegat tiga dari enam roket yang ditembakkan dari wilayah Lebanon menuju kota perbatasan Metula. Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini, sementara Hezbollah membantah keterlibatan mereka dan menyatakan tetap berkomitmen pada gencatan senjata.
Sebagai tanggapan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer untuk melakukan “tindakan tegas” terhadap “puluhan target teroris” di Lebanon. Militer Israel menyatakan telah menyerang berbagai fasilitas Hezbollah, termasuk peluncur roket dan pusat komando di wilayah selatan Lebanon.
Korban Jiwa dan Dampak Serangan
Berdasarkan laporan kantor berita Lebanon (NNA), serangan udara dan artileri Israel menargetkan berbagai daerah perbatasan hingga delapan kilometer ke dalam wilayah Lebanon. Dua orang dilaporkan tewas dan delapan lainnya terluka akibat serangan ini.
Sementara itu, di Gaza, lima warga Palestina, termasuk seorang anak, dilaporkan tewas dalam insiden di Beit Lahiya dan Gaza City. Namun, militer Israel menyatakan tidak mengetahui adanya serangan di wilayah tersebut dan masih menyelidiki laporan tersebut.
Gencatan Senjata yang Rapuh di Ambang Kegagalan
Gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat pada November lalu telah berhasil meredakan konflik bersenjata antara Israel dan Hezbollah setelah berbulan-bulan pertempuran sengit. Namun, ketegangan kembali meningkat setelah Israel menangguhkan gencatan senjata dengan Hamas di Gaza, yang berpotensi memicu eskalasi konflik lebih lanjut di Lebanon.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Hezbollah seharusnya tidak memiliki persenjataan di wilayah selatan Lebanon, sementara pasukan Israel juga harus menarik diri dari wilayah tersebut. Namun, masing-masing pihak menuduh lawannya tidak sepenuhnya menjalankan kesepakatan.
Presiden Lebanon Joseph Aoun telah memerintahkan militer untuk menindak setiap pelanggaran yang mengancam stabilitas negara. Tentara Lebanon juga dilaporkan menemukan dan membongkar tiga peluncur roket sederhana di wilayah selatan.
Reaksi Internasional dan Kekhawatiran PBB
Misi perdamaian PBB di Lebanon, UNIFIL, menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ketegangan di perbatasan. “Setiap eskalasi lebih lanjut dalam situasi yang sudah rapuh ini dapat membawa konsekuensi serius bagi kawasan,” ungkap UNIFIL dalam pernyataan resminya.
Perdana Menteri Lebanon Nawaf Salam memperingatkan kemungkinan dimulainya kembali operasi militer di selatan negara tersebut. Ia menekankan bahwa “Langkah-langkah keamanan dan militer harus diambil untuk memastikan bahwa Lebanon tetap memiliki kendali atas keputusan perang dan damai.”
Ketegangan yang terus meningkat ini membuat banyak pihak khawatir akan kemungkinan pecahnya konflik berskala besar di kawasan Timur Tengah. Upaya diplomasi internasional kini menjadi kunci dalam mencegah eskalasi lebih lanjut.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru