Geser kebawah untuk baca artikel
AmerikaInternasional

Dubes Afrika Selatan Kena Usir AS, Dinilai Anti-Trump dan Rasis

×

Dubes Afrika Selatan Kena Usir AS, Dinilai Anti-Trump dan Rasis

Sebarkan artikel ini
Dubes Afrika Selatan Kena Usir AS Dinilai Anti Trump Dan Rasis
Amerika Serikat mengusir Dubes Afrika Selatan, Ebrahim Rasool, dalam waktu 72 jam karena dianggap membenci Trump dan AS.

WASHINGTON, NusantaraOfficial.com – Amerika Serikat (AS) mengambil langkah tegas dengan mengusir Duta Besar Afrika Selatan (Dubes Afsel), Ebrahim Rasool. Rasool diberikan waktu 72 jam untuk meninggalkan Negeri Paman Sam setelah dituduh membenci AS dan Presiden Donald Trump.

Alasan Pengusiran Dubes Afrika Selatan

Langkah ini diumumkan langsung oleh Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dalam unggahannya di media sosial X pada Senin (17/3/2025).

Sponsor
Sponsor

“Dubes Afrika Selatan untuk Amerika Serikat tidak lagi diterima di negara kita yang hebat ini,” tulis Rubio, seperti dikutip dari AFP.

Rubio menuding Rasool sebagai sosok yang gemar menghasut, memiliki pandangan rasis, serta membenci AS dan Presiden Trump. Oleh sebab itu, AS menetapkannya sebagai persona non grata.

Pengertian Persona Non Grata dalam Diplomasi

Istilah persona non grata berasal dari bahasa Latin yang berarti seseorang yang tidak diinginkan atau tidak diterima di suatu negara. Dalam dunia diplomasi, status ini merupakan sanksi tertinggi yang dapat diberikan kepada seorang diplomat, yang biasanya berujung pada pengusiran.

Pengusiran seorang duta besar merupakan langkah yang jarang terjadi dalam kebijakan luar negeri AS. Hal ini menunjukkan seberapa serius pemerintah AS dalam menanggapi pernyataan dan tindakan Rasool.

Pernyataan Kontroversial Ebrahim Rasool

Rubio turut membagikan artikel dari Breitbart yang menyoroti pernyataan Rasool dalam seminar kebijakan luar negeri pada Jumat (14/3/2025). Dalam seminar itu, Rasool menyebut bahwa supremasi kulit putih menjadi dasar dari kebijakan Trump, termasuk dalam gerakan Make America Great Again (MAGA).

Rasool berpendapat bahwa MAGA merupakan reaksi kelompok supremasi kulit putih terhadap perubahan demografi yang semakin beragam di AS. Pernyataan ini menuai kritik tajam dari kelompok konservatif dan pendukung Trump.

Selain itu, Rasool juga dikenal sebagai mantan aktivis anti-apartheid yang vokal terhadap kebijakan luar negeri, termasuk kritiknya terhadap Israel terkait konflik di Jalur Gaza.

Tanggapan Pemerintah Afrika Selatan

Chrispin Phiri, juru bicara Departemen Hubungan dan Kerja Sama Internasional Afrika Selatan (DIRCO), mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima pemberitahuan resmi dari misi Afrika Selatan di AS pada Jumat malam. Phiri menyatakan bahwa persiapan pemulangan Rasool telah dilakukan.

“Rasool akan menyampaikan laporan resmi kepada Pretoria setelah tiba di Afrika Selatan. Selanjutnya, pemerintah akan menilai langkah yang perlu diambil,” jelas Phiri.

Sementara itu, Kantor Kepresidenan Afrika Selatan menyatakan keprihatinannya atas pengusiran tersebut. Mereka mendesak agar seluruh pihak yang terlibat tetap menjaga tata krama diplomatik dalam menyikapi masalah ini.

Dampak Pengusiran terhadap Hubungan Diplomatik AS-Afrika Selatan

Langkah AS ini berpotensi memperburuk hubungan bilateral dengan Afrika Selatan. Sebagai anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), negara ini memiliki kepentingan strategis dalam hubungan ekonomi dan diplomasi global.

Pengamat politik memperkirakan bahwa insiden ini dapat memicu ketegangan lebih lanjut, terutama terkait kebijakan luar negeri Trump yang kerap dianggap kontroversial di kancah internasional. Pemerintah Afrika Selatan kemungkinan akan meninjau ulang kebijakan diplomatiknya terhadap AS sebagai respons atas insiden ini.

Dengan pengusiran ini, dunia kini menantikan bagaimana Pretoria akan merespons langkah Washington dan dampak jangka panjangnya terhadap hubungan kedua negara.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru