BEIJING, NusantaraOfficial.com – Perubahan signifikan dalam kebijakan perdagangan China memberikan angin segar bagi industri farmasi Amerika Serikat.
Dalam sepekan terakhir, sejumlah perusahaan melaporkan keberhasilan memasukkan produk farmasi ke pasar Tiongkok tanpa dikenakan tarif tinggi, membuka ruang bagi kelonggaran regulasi di tengah tekanan ekonomi global.
Presiden Kamar Dagang Amerika di China (AmCham China), Michael Hart, mengungkapkan bahwa pembebasan tarif ini memang belum bersifat menyeluruh, namun merupakan sinyal awal dari potensi reformasi tarif yang lebih luas.
Baca Juga: Defisit APBN Februari 2025 Capai Rp 31,2 Triliun, Coretax Disorot
Produk spesifik, bukan sektor menyeluruh
Hart menekankan bahwa insentif ini diberikan secara selektif. “Pembebasan tarif diberikan kepada produk-produk tertentu, bukan untuk seluruh sektor farmasi,” jelasnya dalam konferensi pers daring yang digelar di Beijing, Jumat (25/4).
Langkah ini muncul di tengah kebijakan balasan China terhadap tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS sejak era Presiden Donald Trump, termasuk pengenaan tarif hingga 125% terhadap barang-barang asal Negeri Paman Sam.
Namun kini, Beijing mulai membuka ruang konsultasi dengan pelaku usaha. Sejumlah perusahaan diminta mengidentifikasi produk-produk penting yang seharusnya bebas bea, sebagai respons terhadap kekhawatiran akan dampak panjang perang dagang terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.
Baca Juga: Penjualan Tesla di Eropa Anjlok, Volkswagen dan BMW Unggul
Tekanan nyata terhadap produsen besar
Tarif tinggi yang diberlakukan sebelumnya telah memangkas margin keuntungan perusahaan farmasi besar. Johnson & Johnson serta Merck (MSD di luar AS dan Kanada) melaporkan penurunan laba akibat terbatasnya akses ke pasar China.
Thermo Fisher Scientific, perusahaan penyedia alat medis dan layanan farmasi, bahkan mengantisipasi kehilangan penjualan sebesar US$400 juta tahun ini. Pasar China, yang menyumbang sekitar 8% dari total bisnis mereka, mengalami penurunan permintaan drastis.
Presiden Kamar Dagang Uni Eropa di China, Jens Eskelund, menyebut bahwa banyak perusahaan farmasi anggota AmCham memiliki fasilitas produksi di AS yang mengekspor bahan aktif (API) ke China. “Tarif ini membuat mereka berada dalam posisi sulit antara menyerap biaya sendiri atau menaikkan harga jual,” katanya.
Baca Juga: China Tantang Tarif 245% Trump, Siap Balas Sampai Akhir
Lebih jauh, Eskelund menyoroti beban tambahan yang ditanggung produsen yang produk-produknya terdaftar dalam National Reimbursement Drug List (NRDL) atau skema pengadaan massal pemerintah China. Dalam sistem tersebut, margin harga sangat ketat, sehingga produsen sering kali tidak memiliki ruang untuk mengalihkan biaya tarif ke konsumen.
Kelonggaran tarif ini menjadi sinyal bahwa Beijing tengah mencari titik keseimbangan antara menjaga kepentingan domestik dan membuka jalur perdagangan yang lebih rasional dengan mitra global, termasuk Amerika Serikat.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru