JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk melampaui angka 5% hingga menyentuh target ambisius 8% yang dicanangkan pemerintah, dinilai sangat realistis apabila tiga kekuatan strategis dimaksimalkan.
Tiga faktor tersebut meliputi dominasi penduduk usia produktif, melimpahnya sumber daya alam (SDA), serta kualitas institusi dan tata kelola pemerintahan.
Demografi Produktif Jadi Motor Pertumbuhan
Department Head of Industry and Regional Research Bank Mandiri, Dendi Ramdani, menyebut bahwa populasi usia produktif Indonesia saat ini mendominasi struktur penduduk nasional. Proporsi ini dinilai sebagai kekuatan konsumtif yang dapat menggerakkan permintaan barang dan jasa secara signifikan.
“Penduduk usia produktif merupakan kekuatan potensial mendorong pertumbuhan ekonomi, jika dikombinasikan dengan modal dan teknologi yang tepat,” kata Dendi dalam keterangannya, Rabu (23/4/2025).
Daya beli masyarakat yang terjaga akan mendorong sisi permintaan, dan secara langsung menstimulasi sektor produksi, baik industri maupun jasa. Oleh sebab itu, keberlanjutan konsumsi domestik menjadi kunci dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
SDA Belum Optimal, Masih Bisa Didongkrak
Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang berlimpah, namun belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Dendi menilai sektor energi, pertambangan, perkebunan, pertanian, dan perikanan masih menyimpan potensi besar sebagai penopang pertumbuhan nasional.
Menurutnya, jika pengelolaan SDA dilakukan secara berkelanjutan dengan pendekatan teknologi modern dan rantai nilai yang efisien, sektor ini mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Sumber daya alam adalah kekuatan dasar untuk pembangunan. Jika diolah dengan pendekatan industri berbasis hilirisasi, akan memberikan nilai tambah tinggi serta membuka lapangan kerja besar-besaran,” ujarnya.
Perbaikan Tata Kelola Jadi Katalis Utama
Faktor ketiga yang tak kalah penting adalah kualitas institusi dan governance. Menurut Dendi, meski Indonesia sudah mampu tumbuh di kisaran 5% dalam kondisi institusi yang belum sepenuhnya optimal, masih ada ruang perbaikan yang dapat mempercepat laju pertumbuhan.
“Kalau kualitas governance bisa ditingkatkan, bukan tidak mungkin target pertumbuhan 8% bisa tercapai,” jelasnya.
Dendi menambahkan, peningkatan efisiensi birokrasi, kepastian hukum, dan regulasi pro-investasi akan menciptakan ekosistem bisnis yang kondusif. Hal ini menjadi daya tarik utama bagi investor, terutama dalam situasi persaingan global yang semakin kompetitif.
Momentum 20 Tahun ke Depan
Menurut Dendi, periode pemerintahan Prabowo dan dua dekade mendatang adalah masa krusial bagi Indonesia. Pasalnya, setelah 20 tahun ke depan, struktur demografi akan bergeser karena penduduk usia produktif saat ini mulai memasuki masa pensiun.
“Kalau tidak dimanfaatkan sekarang, kita berisiko terjebak dalam middle income trap. Peningkatan SDM, adopsi teknologi, dan reformasi institusi harus dikebut,” tegasnya.
Indonesia Masuk 10 Ekonomi Terbesar Dunia
Sebagai catatan, Indonesia berhasil mencatatkan diri dalam daftar 10 besar negara dengan ekonomi terbesar di dunia tahun 2025 berdasarkan perhitungan Purchasing Power Parity (PPP) dari Dana Moneter Internasional (IMF).
Dengan posisi peringkat ketujuh, pencapaian ini memperkuat argumen bahwa potensi pertumbuhan ekonomi nasional belum sepenuhnya tercapai. Jika strategi pembangunan berkelanjutan diterapkan secara menyeluruh, bukan tidak mungkin Indonesia akan naik peringkat dalam waktu dekat.
Peluang Indonesia menuju status negara maju terbuka lebar, asal mampu memanfaatkan momentum demografi, kekayaan SDA, serta tata kelola pemerintahan yang transparan dan progresif.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru