JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Pola makan masyarakat yang didominasi karbohidrat dari berbagai sumber, termasuk tepung-tepungan, menjadi perhatian utama dalam lonjakan kasus diabetes melitus di Indonesia.
Karbohidrat Tersembunyi dalam Makanan Sehari-hari
Menurut dr. Nur Rahmah Oktariani, SpPD, dari RSUD Kepulauan Seribu, masyarakat sering salah kaprah dalam memahami sumber gula penyebab diabetes.
Selama ini, gula hanya diidentikkan dengan makanan dan minuman manis, padahal karbohidrat dari nasi, kentang, mie, bihun, hingga camilan berbahan dasar tepung juga menjadi penyumbang utama glukosa dalam darah.
Baca Juga: Ombudsman Desak Sanksi Tegas bagi Ormas Pungli THR
“Jika semua sumber karbohidrat itu dikonsumsi bersamaan, misalnya makan nasi dengan bakso, bihun, lalu minum teh manis kemasan, kadar gula bisa melonjak drastis,” ujarnya dalam diskusi daring, Senin (15/4).
Tekanan Berlebih pada Pankreas dan Hati
Konsumsi berlebih tersebut mendorong pankreas bekerja keras memproduksi insulin. Jika dilakukan terus-menerus, sel beta pankreas bisa mengalami kelelahan dan menyebabkan resistensi insulin.
Kondisi ini membuat insulin tidak lagi bekerja maksimal dalam menurunkan kadar gula darah. Akibatnya, glukosa menumpuk dalam darah dan mempercepat perkembangan diabetes.
Baca Juga: 4 Cara Efektif Gemukkan Pipi Sekaligus Naikkan Berat Badan
“Otot dan hati jadi kewalahan menyimpan gula sebagai energi. Inilah awal mula seseorang bisa mengalami diabetes melitus,” jelas Nur.
Batas Aman Konsumsi Gula Harian
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan batas konsumsi gula tambahan sebesar 50 gram per hari untuk orang dewasa—setara dengan empat sendok makan.
Namun, dalam praktiknya, banyak masyarakat yang melebihi angka tersebut, bahkan tanpa disadari, karena gula juga tersembunyi dalam makanan kemasan dan makanan instan.
Baca Juga: Resep Thumbprint Cookies Khas Swedia, Alternatif Kue Lebaran 2025
“Bukan tidak boleh konsumsi gula, tapi harus dibatasi. Kita perlu bijak memilih makanan,” tambahnya.
Solusi dari Gizi Seimbang dan Aktivitas Fisik
Untuk mencegah atau mengendalikan diabetes, Nur menekankan pentingnya keseimbangan gizi.
Asupan protein, lemak sehat, serat dari buah dan sayuran, serta antioksidan diperlukan untuk menyeimbangkan kadar glukosa dan mendetoksifikasi tubuh dari racun makanan.
Baca Juga: PKN STAN 2025 Buka Pendaftaran, Ini Syarat dan Tahapan Seleksi
Selain pola makan sehat, aktivitas fisik juga sangat dianjurkan. Olahraga ringan seperti jalan cepat, jogging, berenang, atau senam aerobik selama 30–45 menit setiap hari terbukti efektif menurunkan risiko dan memperbaiki kontrol gula darah.
“Pola hidup aktif adalah terapi non-obat yang paling murah dan efektif untuk menghindari komplikasi diabetes,” tutup dr. Nur.
Baca Juga: 80.000 Kopdes Merah Putih Dorong Ekonomi Desa Maju
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru