Geser kebawah untuk baca artikel
AmerikaInternasional

The Fed: Kebijakan Tarif Trump Dinilai Picu Inflasi AS

×

The Fed: Kebijakan Tarif Trump Dinilai Picu Inflasi AS

Sebarkan artikel ini
The Fed Kebijakan Tarif Trump Dinilai Picu Inflasi AS
The Fed New York memprediksi inflasi AS bisa tembus 4% akibat kebijakan tarif Trump, memicu kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian ekonomi.

The Fed Soroti Risiko Ekonomi dari Tarif Trump

NEW YORK, NusantaraOfficial.com – Otoritas moneter Amerika Serikat memberikan sinyal waspada atas arah ekonomi nasional di tengah kebijakan proteksionisme Presiden Donald Trump.

Baca Juga: Trump Pacu Batubara, RI Bidik Peluang Ekspor ke AS

Sponsor
Sponsor

Presiden The Federal Reserve New York, John Williams, mengungkapkan bahwa tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS berisiko mempercepat laju inflasi dan meningkatkan angka pengangguran secara signifikan dalam waktu dekat.

Dalam pernyataan yang disiapkan untuk Kamar Dagang Puerto Rico, Williams menyampaikan bahwa tekanan harga akan meningkat tajam.

Baca Juga: Inflasi Kuartal II-2025 Diprediksi Naik, Ini Penyebabnya

Ia memperkirakan inflasi di AS dapat melonjak ke kisaran 3,5% hingga 4% tahun ini, jauh melampaui target inflasi tahunan The Fed sebesar 2%.

Inflasi Mengancam, PDB Diprediksi Melambat

Pernyataan Williams juga menyoroti proyeksi perlambatan ekonomi AS yang semakin nyata. Ia menyebut, kombinasi dari ketidakpastian kebijakan dan pengurangan imigrasi menyebabkan penurunan potensi pertumbuhan ekonomi.

Produk Domestik Bruto (PDB) riil diperkirakan hanya tumbuh di bawah 1% sepanjang tahun ini, jauh lebih lambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Williams menambahkan bahwa dampak dari tarif dan ketidakpastian kebijakan Trump sangat sulit diprediksi. Menurutnya, beragam kemungkinan ekonomi bisa terjadi dan tidak semuanya menguntungkan.

Baca Juga: Kalender Ekonomi: Keputusan Suku Bunga The Fed & Dampaknya

Oleh karena itu, The Fed berkomitmen untuk terus mencermati data ekonomi dengan saksama agar dapat merespons secara tepat melalui kebijakan moneter.

Risiko Pengangguran dan Ketegangan Pasar

Selain tekanan inflasi, Williams menyoroti potensi kenaikan tingkat pengangguran dari posisi saat ini di 4,2% menuju kisaran 4,5% hingga 5%. Meski tergolong moderat, kenaikan ini mencerminkan pelemahan aktivitas ekonomi di tengah ketidakpastian global dan tekanan domestik.

Baca Juga: IHSG Tembus 6.262 Meski Investor Asing Lanjutkan Aksi Jual

Ia mengakui bahwa saat ini inflasi jangka pendek memang meningkat, namun ekspektasi jangka panjang masih dalam kendali.

Stabilitas inilah yang ingin terus dijaga The Fed dalam menghadapi tekanan dari kebijakan tarif dan sentimen pasar yang berubah-ubah.

Baca Juga: Bank di China Naikkan Suku Bunga Pinjaman, Risiko Kredit Macet Meningkat

Dilema The Fed: Turunkan Suku Bunga atau Pertahankan?

Pasar keuangan kini berada dalam posisi spekulatif, menanti keputusan lanjutan dari The Fed. Sebagian besar pelaku pasar memprediksi adanya pemotongan suku bunga demi meredam tekanan perlambatan ekonomi.

Namun, pejabat The Fed tetap menekankan pentingnya menjaga kredibilitas kebijakan dengan tidak membiarkan inflasi lepas kendali.

Saat ini, suku bunga acuan berada di kisaran 4,25%–4,5%, dan menurut Williams, level tersebut masih sesuai untuk menghadapi kondisi terkini.

Baca Juga: Warren Buffett Ungkap Alasan Saham Bank Jadi Investasi Menarik

Ia menegaskan bahwa pendekatan hati-hati adalah strategi terbaik, memungkinkan The Fed untuk menganalisis data terbaru dan menyesuaikan kebijakan sesuai mandat ganda mereka: menjaga stabilitas harga dan mendukung lapangan kerja.

Dalam situasi ekonomi yang rentan dan penuh dinamika, setiap langkah kebijakan akan membawa implikasi luas terhadap perekonomian global dan arah pasar keuangan internasional.

Ikuti media sosial kami untuk update terbaru