JAKARTA, NusantaraOfficial.com – Amerika Serikat tengah bersiap menghadapi gelombang demonstrasi terbesar dalam satu hari pada Sabtu waktu setempat. Lebih dari 1.200 aksi bertajuk “Hands Off!” direncanakan berlangsung serentak di berbagai kota, menandai puncak resistensi publik terhadap kebijakan Presiden Donald Trump dan sekutunya, termasuk Elon Musk.
Unjuk Rasa Massal: Tanda Peringatan untuk Pemerintahan Trump
Koalisi Aktivis Progresif Bersatu
Gerakan “Hands Off!” diprakarsai oleh aliansi lebih dari 150 kelompok aktivis, termasuk Indivisible, MoveOn, dan Working Families Party. Mereka menyuarakan kekhawatiran atas arah pemerintahan saat ini yang dinilai tengah mendorong transformasi konservatif ekstrem, terutama melalui inisiatif “Project 2025”.
Ezra Levin, pendiri Indivisible, menyebutkan bahwa pesan aksi ini ditujukan langsung kepada Trump, Elon Musk, dan para sekutu MAGA di Kongres. “Kami tidak ingin tangan mereka menyentuh demokrasi kami, komunitas kami, sekolah kami, teman dan tetangga kami,” tegasnya.
Baca Juga: Puan Maharani Tegaskan Pengamanan Rapat RUU TNI Demi Ketertiban
Dampak Global: Aksi Menyebar ke Luar Negeri
Tidak hanya di AS, aksi serupa juga akan digelar di Kanada, Inggris, Jerman, Prancis, Meksiko, dan Portugal. Skala global ini menunjukkan bahwa kekhawatiran terhadap kebijakan Trump bukan hanya milik warga Amerika, tetapi menjadi perhatian komunitas internasional.
Kritik terhadap Project 2025 dan Kebijakan Trump
Agenda Konservatif yang Mengundang Penolakan
Kembalinya Trump ke Gedung Putih pada 20 Januari memunculkan kembali kebijakan kontroversial. Agenda “Project 2025” bertujuan merombak birokrasi federal dan memperkuat kekuasaan eksekutif. Langkah-langkah yang menuai kecaman meliputi:
Baca Juga: Ribuan Warga Korea Selatan Turun ke Jalan Desak Pemakzulan Yoon
- Pemecatan aparatur sipil non-partisan
- Deportasi massal dan pengetatan kebijakan imigrasi
- Penghapusan perlindungan bagi kelompok transgender
- Represi terhadap demonstrasi pro-Palestina di kampus
Tudingan bahwa Trump akan memotong anggaran Jaminan Sosial dan Medicaid dibantah oleh Gedung Putih. Liz Huston, asisten sekretaris pers, menyatakan bahwa Presiden Trump akan selalu melindungi program tersebut bagi warga yang memenuhi syarat.
Namun, aktivis menilai pernyataan itu sebagai pengalihan isu. Aksi-aksi konkret yang dilakukan Trump dinilai sebagai bentuk konsolidasi kekuasaan dengan konsekuensi terhadap hak-hak sipil dan kesejahteraan sosial.
Baca Juga: Taeyeon & SM Hibah Rp5,9 M untuk Korban Kebakaran Korea
Dukungan Luas dari Berbagai Organisasi
Spektrum Gerakan Progresif Turun ke Jalan
Unjuk rasa kali ini mendapat dukungan dari berbagai organisasi besar seperti SEIU (Serikat Pekerja Internasional Sektor Jasa), Human Rights Campaign (HRC), dan Greenpeace. Demonstrasi terbesar diperkirakan berlangsung di National Mall, Washington D.C.—lokasi historis bagi berbagai gerakan sosial.
Meski skalanya tidak sebesar Women’s March 2017, koordinasi lintas organisasi tahun ini dinilai sebagai strategi efektif dalam menyatukan gerakan progresif dari berbagai latar belakang.
Isu Palestina Jadi Titik Konsolidasi Baru
Kelompok pro-Palestina turut mengambil bagian dalam aksi, mengecam dukungan AS terhadap tindakan militer Israel di Gaza dan pengekangan kebebasan berpendapat di kampus. Isu ini memperkuat koalisi gerakan yang melibatkan aktivis HAM, buruh, hingga pegiat lingkungan.
Baca Juga: Sri Mulyani Tegaskan APBN 2025 Dikelola Secara Kredibel
Demonstrasi “Hands Off!” menjadi gambaran bahwa resistensi terhadap agenda konservatif Trump kian menguat dan meluas. Aksi ini bukan sekadar bentuk protes, melainkan penegasan bahwa suara rakyat tidak akan dibungkam dalam wajah demokrasi yang terus diuji.
Ikuti media sosial kami untuk update terbaru